Menulis terkadang menjadi bagian tersulit buat mereka lebih suka banyak bicara. Sebaliknya, berbicara di depan publik cukup menjadi tantangan buat mereka yang lebih suka menulis.
Menulis dan berbicara di depan publik adalah kompetensi dasar yang wajib dimiliki ASN, baik pejabat struktural, staf perencana, apalagi fungsional perencana. Tentu saja yang dimaksud dengan menulis dan berbicara adalah menuliskan dan menyampaikan gagasan-gagasan yang positif untuk pekerjaan dan kehidupan.
Menulis membantu menstrukturkan apa yang ada di benak kita, gagasan-gagasan yang dapat dibagikan dengan lingkungan. Kemampuan menulis dapat dilatihkan. Bagaimana caranya?
Niat menulis. Jika tidak punya niat, apalagi sekedar menulis karena diperintahkan atasan, dijamin, menulis sering menjadi sesuatu yang menyiksa. Jika berniat untuk bisa menulis, yang pertama: kuatkan niat untuk menulis.
Pada tahapan berlatih, tulislah hal yang disukai. Jika terpaksa menulis karena perintah atasan, nikmatilah perintah tersebut.
Menulis dengan sungguh-sungguh. Tulis kalimat pendek-pendek saja, penuhi kaidah menulis bahasa Indonesia yang benar. Dalam satu kalimat jelas urutan subyek (S)-predikat (P) –obyek (O)- dan keterangannya (K). Sebuah kalimat bahasa Indonesia yang baik, minimal mengandung unsur S, P, O/K .
Biasakan melakukan peer review, tulisan kita dibaca oleh kawan. Sebelumnya, jangan menjelaskan isi tulisan tersebut secara lisan kepada kawan tersebut. Tidak perlu malu untuk meminta orang lain membaca tulisan yang dibuat. Apalagi jika ini terkait dengan memorandum, nota dinas, atau surat formal lainnya. Tanyakan padanya apakah dia memahami isi tulisan kita. Apa yang kita tulis, tidak selalu menjadi hal yang dipahami oleh pembaca. Kita menulis bukan saja untuk kita, tetapi agar orang lain yang membaca memahami pikiran kita.
Beberapa kali saya mendapatkan surat kedinasan (memorandum, nota dinas, atau surat tugas) yang membuat bingung dan gagal paham. Lebih sedih lagi adanya typo dalam tulisan tersebut. Jika kita melakukan kesalahan-kesalahan sederhana seperti itu, maka sebenarnya kita telah mencoreng reputasi pimpinan yang menandatangani surat kedinasan tersebut. Lebih khusus lagi, kita tidak menjaga kehormatan kita. Seorang kawan pernah mengingatkan, “pekerjaan kita, adalah kehormatan kita”.
Apakah kita tidak boleh melakukan kesalahan dalam menulis? Kesalahan dalam menulis bisa diminimalkan. Mari kita mulai menulis yang baik, meminimalkan kesalahan tulis dan membuat tulisan sederhana yang mudah dipahami pembaca.
Eh, tulisan ini mudah dipahami tidak? Kontak saya di ekow.purwanto@bappenas.go.id jika ternyata anda gagal paham maksud tulisan ini ☺.